Iklan

Iklan 970x250

,

Iklan

Agun Gunandjar Sasar Empat Pilar untuk Hadapi Stunting, MBG, dan Fenomena LGBT

Heru Pramono
5 Okt 2025, 12:17 WIB Last Updated 2025-10-05T05:24:55Z
Agun Gunandjar Sudarsa Saat Memberikan Materi 4 Pilar di Aula Gedung GOW Ciamis, Jumat (3/10/2025) Pagi./Liputanesia. (Foto: Heru Pramono).

Ciamis - Wakil Ketua Badan Sosialisasi MPR RI, Dr. Agun Gunandjar Sudarsa, menegaskan, pentingnya implementasi Empat Pilar Kebangsaan sebagai jawaban atas berbagai fenomena sosial yang dihadapi bangsa.

Empat Pilar itu terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam sosialisasi yang digelar di Aula Gedung Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, mengisyaratkan pentingnya seluruh anak bangsa memahami 4 pilar tersebut.

Agun menyinggung sejumlah persoalan aktual, mulai dari kasus keracunan program Makanan Bergizi (MBG) di sekolah, maraknya pro-kontra di media sosial, hingga kesenjangan sosial antara pejabat dan rakyat kecil menjadi persoalan negara.

"Untuknya meminta kepada seluruh masyarakat untuk bisa memahami dan atau mempelajari ilmu 4 pilar," katanya kepada wartawan.

Menurutnya, kondisi-kondisi tersebut membuktikan bahwa Empat Pilar sangat relevan bila benar-benar dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.

“Fenomena kesenjangan, kontroversi di media sosial, hingga persoalan keracunan MBG adalah keniscayaan yang harus kita sikapi dengan literasi, edukasi, dan sosialisasi Empat Pilar," ujarnya.

"Bahagia itu sederhana, kalau kita jalankan prinsip-prinsip Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, insyaallah bangsa ini akan makmur, rakyatnya sejahtera, tidak ada lagi kemiskinan dan kelaparan,” tegasnya.

Pancasila tidak boleh hanya dihafalkan, melainkan harus diimplementasikan. Lebih lanjut, Agun mengatakan, pancasila tidak boleh hanya dihafal melainkan harus diimplementasikan pada dunia sehari-sehari.

Sila pertama tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, kata dia, mengajarkan manusia untuk hidup jujur dan mengembalikan segala sesuatu kepada Tuhan.

“Apapun profesi kita, pejabat, guru, profesor, dokter, atau pekerja kalau semuanya kita jalankan dengan niat tulus dan dikembalikan kepada sang pencipta (Alloh SWT) Insya Alloh atau niscaya akan lahir kejujuran dan keberkahan,” ujarnya.

Sementara sila kedua menekankan pentingnya kemanusiaan yang adil dan beradab. Menurut Agun, toleransi bukan berarti menuntut orang lain menghargai kita, melainkan bagaimana kita sendiri menghormati perbedaan.

“Toleransi itu mengakui dan menghormati perbedaan, bukan memaksa orang untuk mengikuti kehendak kita,” jelasnya.

Nilai persatuan juga ia tekankan sebagai fondasi kokoh bangsa. “Tidak mungkin Indonesia sejahtera kalau ada daerah yang ditinggalkan. Persatuan adalah gotong royong, musyawarah, dan kebersamaan,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Agun juga menyinggung fenomena LGBT yang menurutnya sudah merasuk hingga ke lingkungan pendidikan pesantren.

Karena itu, ia meminta kebijakan pemerintah dalam menyikapi isu tersebut harus melibatkan berbagai pihak.

“Persoalan LGBT ini bukan hal sederhana. Sudah masuk ke anak-anak pesantren. Maka kebijakan tidak boleh dibuat sepihak, harus musyawarah, melibatkan tokoh agama dan masyarakat,” ucapnya.

Prihatin MBG Marak Timbulkan Keracunan

Agun juga meperihatinkan maraknya penerima manfaat pada program MBG timbulkan keracunan pada anak.

Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) bagi siswa tetap harus tetap dilanjutkan karena menyangkut masa depan generasi bangsa.

“Yang salah itu bukan programnya, tetapi penyelenggaranya. Kalau ada yang curang, tindak tegas. Kalau ada tata kelola yang tidak becus, ya ganti. Kita harus perbaiki manajemen dengan pengawasan ketat, bisa saja diserahkan langsung ke sekolah agar pertanggungjawabannya jelas,” tegas Agun.

Ia pun mengingatkan bahwa stunting masih menjadi masalah besar di Indonesia. Karena itu, asupan gizi bagi anak harus menjadi prioritas.

“Zaman Orde Baru, anak sekolah masih dapat jatah susu. Itu program yang bagus. Anak-anak sekarang menghadapi tantangan era digital, butuh kecerdasan dan kesehatan agar mampu bersaing. Jadi program gizi ini harus diperkuat,” tambahnya.

Menutup paparannya, Agun kembali mengingatkan bahwa Empat Pilar adalah jalan menuju Indonesia yang kuat dan sejahtera.

“Kalau kita semua menjalankan Pancasila, menghormati UUD 1945, menjaga NKRI, dan mengamalkan Bhinneka Tunggal Ika, insyaallah bangsa ini akan berdiri kokoh. Jangan takut Indonesia gelap, selama kita punya Empat Pilar, kita punya cahaya,” pungkasnya.

Iklan