![]() |
Walikota Blitar Santoso Saat Berikan Sambutan di Acara Drama Kolosal Peringatan Hari Cinta Tanah Air ke- 80, Jumat (14/2/2025)/Liputanesia.co.id/Foto: Faisal Nur Rachman. |
Santoso mengapresiasi kepada para undangan yang telah sudi hadir di acara itu mulai dari Kapolres Blitar Kota, Wakil Ketua DPRD Kota Blitar, Sekda Kota Blitar, para pejabat teras Pemkot Blitar dan para insan budaya dan kesejarahan. Pantauan di lokasi, turut hadir juga delegasi event Global Youth Summit dari Luar Negeri.
"Welcome to Blitar City. Hadirin dan undangan yang berbahagia, di tempat ini, 80 tahun yang lalu, menjadi saksi bagaimana rakyat dan tentara PETA Blitar yang dipimpin Shudancho Supriyadi dengan semangat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi telah melakukan pemberontakan terhadap penjajah Jepang," kata Santoso melalui sambutannya.
Santoso melanjutkan, di depan menumen PETA ini juga terdapat monumen Potlot yang sangat bersejarah. Karena, di monunen Potlot itulah untuk pertama kalinya bendera Merah Putih dikibarkan oleh Shudhanco Parto Harjono.
"Sehingga diberikan apresiasi dibangun sebuah monumen yang diresmikan Jenderal TNI Soedirman. Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat Kota Blitar patut berbangga dan mengenang peristiwa bersejarah yang digagas Shudhanco Supriyadi dan kawan-kawan," tukasnya.
"Mengingat akhir-akhir ini nilai-nilai nasionalisme dan wawasan kebangsaan generasi muda mulai terkikis, tergerus oleh budaya-budaya global yang sering kali tidak sesuai dengan budaya bangsa. Kepada generasi penerus perjuangan bangsa, termasuk anak-anakku siswa siswi Kota Blitar, saya perlu menekankan bahwa mengerti, mempelajari, menghayati dan meneladani peristiwa-peristiwa bersejarah sangat penting," jelas Walikota Santoso.
"Artinya bagi kelangsungan bangsa dan negara untuk ke depan. Seperti semboyan yang pernah diucapkan presiden pertama Indonesia Sukarno dalam pidatonya yaitu 'Jas Merah'. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah" pungkasnya.
(ADV)