Iklan

Iklan 970x250

,

Iklan

Bonus Demografi Jadi Peluang Untuk Raih Indonesia Emas 2045

Redaksi Liputanesia
31 Januari 2024, 13:16 WIB Last Updated 2024-01-31T06:16:31Z
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan, bonus demografi menjadi peluang untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045/Dok. Ist.

Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan, pemerintah memiliki berbagai aset atau peluang, salah satunya yaitu bonus demografi untuk mencapai visi Indonesia Emas pada 2045 mendatang.

Selain itu, pemerintah juga memiliki empat pilar utama, yakni pembangunan manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pemerataan pembangunan, serta pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan untuk mencapai visi tersebut.

Menurutnya, bonus demografi ini merupakan hal yang sangat penting karena dapat menjadi nilai tambah apabila Sumber Daya Manusia (SDM)-nya produktif dan kuat.

“Selain itu, Indonesia juga memiliki kekuatan yang harus dimanfaatkan dengan baik, seperti Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia memiliki peluang bonus demografi yang harus dioptimalkan,” ujar Airlangga di Jakarta.

“Apalagi, wilayah Indonesia yang strategis dimana terletak di antara Benua Asia dan Australia serta di antara Samudera Hindia dan Pasifik menguntungkan dalam perdagangan internasional dan menjadikan Indonesia negara agraris, serta potensi sumber daya alam yang melimpah,” imbuhnya.

Kendati demikian, Airlangga megatakan, pemerintah masih memiliki sejumlah tantangan yang harus dihadapi guna mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Adapun sejumlah tantangan tersebut di antaranya yaitu tantangan mengenai tingkat pendidikan dan produktivitas sumber daya manusia yang masih harus ditingkatkan, perubahan iklim yang berakibat pada mundurnya musim panen raya, dan stabilitas global.

Oleh karena itu, Airlangga memaparkan, pemerintah harus mengubah pendekatan dalam membangun masa depan dari reformatif menjadi transformatif melalui tiga area yakni transformasi ekonomi, transformasi sosial, dan transformasi tata kelola.

“Presiden Joko Widodo sudah mendorong transformasi yang di mana pertumbuhan ekonomi kita sekarang 5%. Lima persen itu salah satu pertumbuhan tertinggi dibandingkan berbagai lain. Jadi kita lebih kuat dari negara maju maupun negara berkembang. Kemudian tingkat inflasi kita juga relatif rendah, 2,6%,” papar Airlangga.

“Jadi kalo kita analogikan, pertumbuhan ekonomi itu kayak naik gunung, makin tinggi, makin berat, nafas makin susah. Nah ini mengapa inflasi harus rendah, pertumbuhan harus tinggi. Sehingga jumlah orang yang mempunyai penghasilan sesuai dengan standar hidup itu akan semakin banyak. Indonesia juga optimis tahun 2024 ini ekonomi kita bisa tumbuh 5,2%,” sambungnya.

Tak hanya itu, ia juga menuturkan, saat ini pemerintah juga tengah menggerakan dan memaksimalkan tiga mesin ekonomi untuk bisa terus berfungsi secara berkesinambungan untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di tanah air.

Yang pertama, dilakukan dengan merevitalisasi dan memperbesar kapasitas mesin ekonomi konvensional sehingga terjadi peningkatan produktivitas yang tinggi. Revitalisasi mesin ini termasuk memperbesar investasi baru dan meningkatkan ekspor.

Kedua, menumbuhkan mesin ekonomi baru yang nantinya berfungsi sebagai akselerator pertumbuhan dimasa depan yang mencakup penerapan aplikasi digital dan kecerdasan buatan (artificial intelligence), pengembangan industri semikonduktor, serta pengembangan ekonomi hijau dan energi terbarukan dalam rangka menciptakan lapangan kerja baru sekaligus mencapai target Net Zero Emission di 2060.

Ketiga, menyempurnakan mesin ekonomi Pancasila yaitu mesin ekonomi yang berkeadilan, dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dan menjaga kesinambungan sosial ekonomi, dengan menjaga aspek kesehatan, pendidikan, pekerjaan yang layak, penyempurnaan program penghapusan kemiskinan ekstrem, pemberian bantuan sosial dan pemberdayaan masyarakat kelas menengah bawah dan Usaha Kecil Menengah (UKM), sehingga tepat sasaran dan mampu mengikis kemiskinan dan ketimpangan.

“Nah, kalau di ASEAN kita sedang menyiapkan yang namanya Digital Economy Framework Agreement (DEFA), ekosistem digital ASEAN ada interoperability. Jadi, nanti kalau mau ke luar negeri dan sudah punya QR Code, kita bisa belanja pakai QR Code. Tidak perlu konversi dollar lagi. Nah, hal itu akan semakin terintegrasi ekonomi di ASEAN, untuk masa depan,” tuturnya.

Iklan