Penemuan ini dilakukan oleh Muhammad Yahya (53), seorang guru SD dan juga Kepala Sekolah yang merupakan warga setempat sedang berolahraga pagi seperti biasanya usai salat Subuh.
“Setiap pagi saya biasanya berhenti sejenak di rangkang ini. Tapi pagi tadi saya sangat terkejut melihat ada bayi tergeletak di atasnya dengan sehelai kain dan sebotol susu. Saya takut dan segera memanggil istri saya untuk memberikan pertolongan,” ujar Yahya dengan suara bergetar.
Bayi tersebut ditemukan dalam keadaan menggigil akibat suhu pagi yang dingin. Setelah dibungkus dengan kain, si bayi mulai menangis, tanda bahwa ia masih memiliki harapan hidup. Yahya dan istrinya yang merupakan seorang bidan segera membawa bayi itu ke rumah dan memberikan pertolongan pertama.
Setelah stabil, bayi langsung dirujuk ke Puskesmas untuk penanganan medis lebih lanjut. Kepala Puskesmas mengonfirmasi bahwa kondisi bayi kini stabil dan masih dalam pengawasan ketat tim medis.
Peristiwa ini langsung dilaporkan kepada Geuchik setempat dan diteruskan ke Polsek Syamtalira Bayu.
Kapolres Lhokseumawe, AKBP Ahzan, melalui Wakapolres Kompol Salmidin, membenarkan kejadian tersebut dan menyatakan bahwa Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) bersama Muspika telah dikerahkan untuk menyelidiki kasus dugaan penelantaran ini.
“Kami akan mengusut tuntas siapa pelaku penelantaran bayi ini. Hari Anak Nasional seharusnya menjadi refleksi untuk menjunjung tinggi hak-hak anak, bukan sebaliknya,” tegas Kompol Salmidin.
Muhammad Yahya, sosok guru yang dikenal berdedikasi, kini menjadi simbol kepedulian masyarakat terhadap anak-anak yang rentan.
“Hari ini Tanggal 23 Juli bertepatan dengan Hari Anak Nasional. Sebenarnya di sekolah sudah saya persiapkan kue, balon untuk memeriahkan acara hari ini bersama anak-anak siswa. Namun sebaliknya bukan kebahagiaan tapi kesedihan yang saya dapatkan," ujarnya.
Dia menambahkan di Hari Anak Nasional ini mari kita mengingat kembali yang mana menjadi tanggung jawab kita sebagai orang tua yang telah melahirkan mereka sebagai generasi penerus dan mempunyai hak yang sama sebagai manusia.
"Semoga masalah ini cepat terungkap dan saya berharap agar hal serupa tidak terjadi lagi di bumi aceh tercinta ini," pungkasnya.
Sedikit catatan bahwa kisah penyelamatan ini menyentuh hati warga dan menjadi ironi sekaligus pengingat, bahkan di hari yang didedikasikan untuk anak, masih ada yang dilupakan. Namun berkat aksi cepat dan empati seorang guru dan seorang bidan, bayi itu kini memiliki harapan akan masa depan yang lebih baik.