![]() |
Ilustrasi: Dok. Ist |
Ke-13 kerja sama yang disepakati dalam forum tersebut meliputi produk kertas, pelet kayu, boga bahari (seafood), cokelat, dekorasi rotan, furnitur kayu, biji kopi, arang kayu, tenaga kerja, dan pengembangan bisnis biomassa.
“Kolaborasi kedua negara sebagai mitra dagang diharapkan makin kuat dan saling menguntungkan,” kata Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti melalui keterangannya, di Jakarta, Kamis (12/6/2025).
Menurut Roro, kinerja perdagangan bilateral Indonesia dan Jepang memiliki peluang pasar yang besar untuk dikembangkan pada sektor-sektor potensial.
Ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang, lanjut dia, menunjukkan tren positif 8,8% dalam lima tahun terakhir (2020-2024). Ekspor utama Indonesia ke Jepang pada 2024 didominasi batu bara (15,8% dari total ekspor Indonesia ke dunia), nikel (5,52%), dan konduktor elektrik (4,07%).
Di sisi lain, impor nonmigas Indonesia dari Jepang menunjukkan tren positif 8,21% dalam periode tersebut. Impor utama Indonesia dari Jepang didominasi produk logam (3,03%), kendaraan bermotor (2,9%), dan tembaga (2,81%).
Sebagai mitra dagang dan investasi potensial, Indonesia sangat terbuka untuk kerja sama di sektor- sektor strategis termasuk di sektor energi hijau (renewable energy) dan produk berkelanjutan (sustainable product).
Dengan komitmen tinggi terkait isu lingkungan, Indonesia mampu menjadi mitra penting Jepang dalam menciptakan rantai pasok hijau dan mendorong transisi energi hijau di kawasan.
Sebelumnya, Roro melakukan pertemuan dengan sejumlah pihak, seperti Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang; Japan-Indonesia Association (JAPINDA), ASEAN-Japan Centre (AJC), dan Chamber of Commerce and Industry (CCI) Jepang.
“Kami bertemu dengan sejumlah pihak untuk membahas berbagai isu terkait tatanan ekonomi baru, pemanfaatan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) oleh pelaku bisnis untuk meningkatkan perdagangan, dan kolaborasi dalam mempromosikan investasi dan perdagangan,” ujar Roro, menambahkan. []
(YHr)