Iklan

Iklan 970x250

,

Iklan

Desa Kaserangan Lestarikan Tradisi Pawai Tahun Baru Islam 1 Muharam 1447 Hijriyah

Abdul Rahman
27 Jun 2025, 22:08 WIB Last Updated 2025-06-27T15:08:52Z
Pawai arakan-arakan menyambut tahun baru Islam 1 Muharam 1447 Hijriyah, di Desa Kaserangan, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang-Banten. Kamis (26/6/2025)/Liputanesia/Foto: Abdul Rahman.

Serang - Segenap masyarakat Desa Kaserangan, hingga kini masih melestarikan tradisi pawai / arak-arakan menjelang tahun baru Islam 1447 Hijriyah. Yang bertepatan dengan malam Jumat kliwon. Kamis (26/6/2025) malam.

Hal itu terlihat dengan keramaian di sepanjang jalan Jakarta-Serang, pawai / arak-arakan berkeliling kampung mengitari wilayah Desa Kaserangan, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang-Banten.

Kepala Desa Kaserangan, Edi Sayung, mengatakan, bahwa merayakan tahun baru adalah hal yang sering dilakukan oleh masyarakat dari belahan dunia. Bahkan identik dengan menyalakan kembang api, tepat tengah malam saat dimana pergantian tahun dimulai.

Menurutnya, tahun baru di kalender Masehi terjadi pada tanggal 1 Januari setiap tahunnya. Tetapi umat Islam memiliki kalender sendiri yang disebut dengan kalender Hijriyah, sehingga tahun baru di kalender Masehi dan Hijriyah akan berbeda karena keduanya memiliki penanggalan yang tidak sama.

"Tahun baru umat Islam, terjadi di bulan Muharam kalender Hijriyah. Yang dirayakan dengan cara dan tradisi unik oleh umat Islam di berbagai daerah, seperti tradisi pawai obor hingga arak-arakan yang setiap tahun selalu dilakukan oleh warga," ucap Sayung, panggilan akbrabnya.

"Dengan mengunakan boneka ondel-ondel dan arak-arakan dalam tradisi itu, ialah sebagai pengingat setiap umat Muslim dalam menggapai keimanan dan Ridha Allah SWT di tahun baru," ucapnya lagi.

Setiap wilayah, ujar Sayung, masing-masing mempersiapkan kebutuhan untuk pawai 1 Muharam 1447 Hijriyah. Kemudian bergabung dengan yang lain, untuk melaksanakan pawai bersama.

"Sebelum pawai, warga bergotong-royong untuk mempersiapkan semua kebutuhan di siang hari. Ada yang bertugas mempersiapkan ondel-ondel, dan mempersiapkan peralatan musik Islami. Semuanya dilakukan mereka dengan kebahagiaan menyambut tahun baru Islam," tambah Sayung.

Pada pelaksanaanya, selang Sayung, pawai 1 Muharam tahun 2025/ 1447 Hijriyah ini diikuti oleh masyarakat dari berbagai generasi di Desa Kaserangan. Dimulai dengan do'a bersama, setelah itu mereka beramai-ramai membacakan shalawat dan hadrah secara lantang.

"Jika dipelajari lebih dalam, pawai obor dan arakan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kaserangan ini, bukan hanya sebagai perayaan tahun baru Islam saja, tetapi juga mengajarkan kita kepada nilai-nilai baik dalam kehidupan bermasyarakat, seperti kerja sama, silaturahmi, dan juga melestarikan budaya bernuansa religi," ujar Sayung.

Masih Sayung, tradisi pawai 1 Muharam, mengingatkan kita betapa pentingnya menjaga warisan budaya yang didalamnya mengandung nilai dan makna. Terutama nilai religius yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

"Keterlibatan semua kalangan dari remaja, hingga orang tua dapat memperkuat ikatan sosial serta menanamkan nilai-nilai keagamaan sejak dini," ujarnya.

Tradisi yang dilakukan Desa Kaserangan ini, selalu menyimpan cerita setiap tahunnya. Di balik boneka ondel-ondel dan arak-arakan itu terdapat sebuah harapan, kenangan dan juga semangat masyarakat yang ikut terlibat.

"Tradisi ini juga menjadi momen untuk berkumpul, dan tersenyum bersama, semoga terus lestari dan dapat menginspirasi para generasi muda," tutupnya.

Iklan