Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sujana (Tengah) di Acara High Level Meeting, Kamis (26/9/2024)/Liputanesia/Foto: Humas-Slamet |
Semarang - Laju inflasi Jawa Tengah masih terkendali baik dan dibawah rerata nasional. Kondisi ini dapat dipertahankan meski berhadapan dengan sejumlah tantangan kenaikan harga barang dan jasa.
Perihal itu dikatakan Pj Gubernur Jawa Tengah Nana Sujana di acara High Level Meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah di Hotel Tentrem, Kamis (26/9/2024).
“Pengendalian inflasi di Jawa Tengah kategori baik dan masih di bawah rata-rata nasional. Tentu kondisi ini harus kita pertahankan, dalam kondisi apapun target kita harus tetap di bawah rata-rata nasional,” kata Nana.
Dikatakan dia, beberapa hal yang menjadi tantangan dalam pengendalian inflasi antara lain, kenaikan harga barang yang merupakan kebijakan pemerintah pusat. Misalnya kenaikan BBM dan lainnya.
Selain itu, anomali cuaca yang berdampak pada potensi risiko meningkatnya bencana yang berpengaruh pada produksi bahan pangan dan ketidakpastian harga.
“Kita harus antisipasi, karena kita sudah memasuki kemarau. Harus segera mengantisipasi dengan memastikan masa tanam dan panen,” katanya.
Nana menjelaskan, tantangan dalam beberapa bulan ke depan juga dipengaruhi oleh adanya pilkada serentak. Kemudian kenaikan harga komoditas seperti beras, minyak goreng, gula, dan gas elpiji.
Atas hal-hal tersebut, Nana memerintahkan TPID Provinsi dan kabupaten/kota serta seluruh dinas terkait untuk mulai menyiapkan antisipasi. Di antaranya menyiapkan neraca pangan, mendorong budidaya pertanian organik, hingga meningkatkan kapasitas, dan kompetensi petani serta penyuluh pertanian.
Selain itu, mengidentifikasi potensi lahan tidur untuk ditanami tanaman pangan, memperkuat sinergi dan koordinasi antar anggota TPID dan stakeholder terkait, serta mewaspadai lonjakan permintaan, dan memastikan ketersediaan stok pangan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra dalam kesempatan tersebut menyampaikan sejumlah rekomendasi dan tindak lanjut strategi utama pengendalian inflasi di Jawa Tengah.
Strategi itu diantaranya penguatan produktivitas pangan strategis, pengembangan new champion lokal terutama komoditas holtikultura, penguatan ekosistem BUMP/BUMD untuk memperpendek rantai perdagangan dan mengaborsi kelebihan pasokan, hilirisasi komoditas pangan strategis dan kampanye produk olahan, pengembangan neraca pangan strategis, dan penguatan pasokan melalui kerja sama antardaerah.
“Urgensi penguatan koordinasi dan sinergi pengendalian inflasi serta inovasi pengendalian inflasi pangan secara end-to-end. Inovasi dari hulu ke hilir harus dioptimalisasi secara simultan, untuk meningkatkan produktivitas dan mendorong perluasan jangkauan distribusi,” ujar Rahmat .
Lebih lanjut Rahmat menjelaskan, optimalisasi BUMD dan BUMP perlu ditingkatkan untuk memperpendek rantai distribusi dan menjadi off taker dalam menyerap pasokan yang berlebih.
Guna menjaga kecukupan pasokan di setiap kabupaten/kota di Jateng, kerja sama antar daerah (KAD) perlu diperluas tidak hanya mencakup antar-provinsi melainkan juga antar-kabupaten/kota di provinsi ini.
“Sinergi dan kolaborasi di antara stakeholder diperlukan, sehingga dapat memberikan solusi yang inovatif dan efektif guna mengatasi tantangan ketahanan pangan dalam rangka mendukung ketahanan ekonomi lokal, melindungi daya beli masyarakat dan menjaga stabilitas harga pangan,” pungkasnya.