![]() |
BRIN kenalkan
riset pemulihan ekosistem pada hutan produksi terdegradasi. |
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), luas hutan produksi saat ini sekitar 68.820.000 Ha dan baru 623.075 Ha di antaranya dikelola oleh 16 unit manajemen yang tersebar di Sumatra dan Kalimantan.
Setiap pengelola hutan produksi atau perusahaan pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBHB), berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Kehutanan, wajib mempraktikan Multi Usaha Kehutanan (MUK).
"MUK menghasilkan multi produk yang sebelumnya hanya kayu, kini meluas menjadi bisnis non kayu (HHBK), pemanfaatan kawasan, dan jasa lingkungan, termasuk bisnis karbon yang menjadi program Nasional yaitu FOLU Net-Sink 2030," ujar Ika Heriansyah, Peneliti Ahli Utama Bidang Silvikultur Pemulihan Ekosistem sekaligus sebagai Ketua Kelompok Riset Pemulihan Ekosistem Berbasis Silvikultur (PEBS), Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE), Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, BRIN saat memulai Jamming Session seri ke-13, yang bertemakan "Pemulihan Ekosistem pada Hutan Produksi Terdegradasi", pada Kamis kemarin (7/9).
Ika memperkenalkan empat program riset Pemulihan Ekosistem Berbasis Silvikultur. Pertama, penerapan teknik SILIN (Silvikultur Intensif) untuk mendukung target Indonesia FOLU Net-Sink 2030. Kedua, pemulihan ekosistem di kawasan konservasi terdegradasi. Ketiga, restorasi ekosistem pada hutan produksi. Keempat, reklamasi areal bekas pertambangan mineral dan batubara.
Sementara itu, Darwo Peneliti Ahli Madya PREE BRIN menjelaskan, Tebang Pilih Tanam Rumpang (TPTR) merupakan modifikasi sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) yaitu minimal diameter batang 40-50 cm dengan SILIN Rumpang dan SILIN Jalur.
SILIN Rumpang yaitu pengkayaan atau penanaman di hutan alam tidak produktif di rumpang-rumpang. Sedangkan SILIN Jalur yaitu membersihkan jalur tanam selebar 2-4 m dengan jalur antara 3-6 m.
"Penerapan teknik silvikultur SILIN lainnya seperti penggunaan bibit unggul, pemeliharaan, dan pengendalian hama, dan penyakit tanaman terbukti dapat meningkatkan produktivitas lahan hutan produksi terdegradasi," ujarnya.