 |
| Gambar Ilustrasi. |
Sedikit meragukan namun setelah ditannyakan awak media Ag(52) tahun mengatakan ini kerang.yang ada ditempat kita. Terbukti bahwa kondisi keberadaan adanya potensi kerang-kerangan di Kabupaten Kepulauan Anambas, merupakan sumber peningkatan ekonomi masyarakat di pesisir pantai. Khususnya masyarakat Desa Teluk Sunting. Ujarnya.
Bahwa Ag (52)tahun mengatakan topografi pesisir pantai Desa Teluk Sunting memiliki luasan pasang surut yang dangkal berlumpur-berpasir dan merupakan habitat membenamkan diri dari kerang darah (Anadara granosa), disebut kerang darah karena menghasilkan hemoglobin dalam cairan merah yang diproduksi oleh kerang darah. Sebagian masyarakat Indonesia menyebutnya kerang dara.
Sampai saat ini budidaya kerang darah belum dilakukan di Desa Teluk Sunting. Diakui bahwa kerah darah. Menurut Ag (52)tahun seorang ASN Pemkab Kepulauan Anambas yang pernah melakukan budidaya kerang darah di Kabupaten Indragiri Hilir, mengatakan bahwa budidaya kerang darah, sebenarnya tidak rumit. Bahkan tidak perlu ilmu tinggi didalam mengembangkannya.
Sambil tersenyum, selanjutnya diungkapkan. Untuk pengembangan kerang darah secara sederhana adalah, melakukan blocking area. Membatasi atau menutup migrasi kerang darah keluar dari dalam area block dengan menggunakan warring, jaringan dengan mata jaring kecil.. Selanjutnya dimasukan anak-anak kerang darah ke dalam block area tanpa batas jumlah maksimal/m². Dan kemudian dilakukan pembatasan aktifitas pembuangan limbah dari unsur kimia dan sejenisnya ke areal block penangkaran sampai usia panen.
Disinggung masalah pemberian pakan, Ag (52) tahun menyampaikan bahwa kerang darah memiliki banyak kemudahan didalam pengembangannya termasuk pemberian pakan. Karena kerang darah tidak perlu diberi pakan, sudah tersedia oleh alam, yaitu jasad-jasad renik yang dibawa oleh arus pasang surut dan sisa-sisa aktifitas rumah tangga, yang mengalir dari darat ke laut, melewati block area penangkaran.
Terakhir disampaikan, kalau bisa perlu diatur dengan Peraturan Desa, tabur benih sama-sama dan panen sama-sama, sampai ukuran 5-6 cm/ekor. Sangat disayangkan, sebagai produk perikanan ekonomis penting dinilai sangat rendah di Kabupaten Kepulauan Anambas. Yang mana 100 ekor kerang darah diukur senilai Rp.10.000. ujarnya Ag (52)tahun.
memiliki nilai ekonomi yang baik. Meskipun biasanya direbus atau dikukus, kerang ini dapat pula digoreng atau dijadikan satai dan makanan kering ringan. Ada pula yang memakannya mentah.
Seperti kerang pada umumnya, kerang darah merupakan jenis bivalvia yang hidup pada dasar perairan dan mempunyai ciri khas yaitu ditutupi oleh dua keping cangkang (valve) yang dapat dibuka dan ditutup karena terdapat sebuah persendian berupa engsel elastis yang merupakan penghubung kedua valve tersebut.
Kerang darah mempunyai dua buah cangkang yang dapat membuka dan menutup dengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkang pada bagian dorsal tebal dan bagian ventral tipis. Cangkang ini terdiri atas 3 lapisan, yaitu (1) periostrakum adalah lapisan terluar dari kitin yang berfungsi sebagai pelindung (2) lapisan prismatik tersusun dari kristal-kristal kapur yang berbentuk prisma, (3) lapisan nakreas atau sering disebut lapisan induk mutiara, tersusun dari lapisan kalsit (karbonat) yang tipis dan paralel.
Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian cangkang yang paling tua. Garis-garis melingkar sekitar umbo menunjukan pertumbuhan cangkang. Mantel pada pelecypoda berbentuk jaringan yang tipis dan lebar, menutup seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang. Beberapa kerang ada yang memiliki banyak mata pada tepi mantelnya. Banyak di antaranya mempunyai banyak insang. Umumnya memiliki kelamin yang terpisah, tetapi di antaranya ada.
(T.4z)
