![]() |
| Suasana Pembelajaran di SDN 1 Slorok Doko Blitar, Kamis (27/11/2025)/Liputanesia.co.id/Foto : Faisal Nur Rachman. |
Blitar - UPT SD Negeri Slorok 01 Doko, Kabupaten Blitar, menunjukkan upaya untuk menciptakan siswa-siswi yang pandai berbahasa melalui kegiatan Trisaka atau Tri Basa Ngrembaka.
Kegiatan ini lahir dari sebuah keadaan yang menjadi perhatian bersama. Di era globalisasi ini, kemampuan bahasa siswa menjadi salah satu kompetensi penting yang perlu dikembangkan.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan wajib dikuasai dengan baik, sementara Bahasa Jawa sebagai bahasa daerah mulai jarang digunakan secara formal maupun nonformal oleh generasi muda.
Di sisi lain, Bahasa Inggris sebagai bahasa global semakin dibutuhkan untuk menghadapi tantangan masa depan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa masih kesulitan membedakan konteks penggunaan ketiga bahasa tersebut, bahkan penggunaan Bahasa Jawa kian menyusut dalam kebiasaan bertutur.
Pelaksanaan kegiatan ini dikemas melalui beragam aktivitas yang menarik dan aplikatif. Siswa memulai hari dengan salam sapa dalam tiga bahasa, misalnya 'Selamat pagi', 'Sugeng enjing', dan 'Good morning'.
Poster-poster kosakata tri‐bahasa juga dipasang di berbagai sudut sekolah untuk memudahkan siswa mengenali dan mengingat kata-kata baru setiap hari. Guru kemudian mengintegrasikan penggunaan bahasa ke dalam pembelajaran, permainan/kuis edukatif, dan kegiatan drama sederhana.
"Trisaka, Tri Basa Ngrembaka ini tidak hanya melatih keterampilan berbahasa, tetapi juga menumbuhkan identitas budaya melalui Bahasa Jawa dan keterbukaan global melalui Bahasa Inggris. Trisaka menumbuhkan keseimbangan antara pelestarian budaya daerah, penguatan jati diri nasional, dan kesiapan menghadapi dunia internasional," ungkap Inovator Trisaka, Finta Zakiyatul Fitriyah, Kamis (27/11/2025).
Program ini diikuti seluruh siswa-siswi UPT SD Negeri Slorok 01 Doko. Guru bertugas menjadi pendamping, untuk memeriksa pengucapan dari masing-masing kata. Kegiatan ini merupakan hasil dari kolaborasi guru Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa. Kosakata yang telah diajarkan ke siswa akan disimpan ke sebuah file yang dapat diakses oleh seluruh siswa kapan saja dan di mana saja.
"Dengan semangat kolaborasi antara guru, siswa, dan lingkungan sekolah, Trisaka menjadi langkah nyata dalam memperkuat kompetensi bahasa sejak dini menuju masa depan yang berdaya saing dan tetap berakar pada kearifan lokal," urainya.
Evaluasi siswa dilakukan bukan hanya dengan tes tertulis, tetapi dengan penampilan drama yang menunjukkan kemampuan mereka menggunakan tiga bahasa sesuai karakter dan situasi. Guru dapat menilai aspek pengucapan, pemilihan kosakata, pemahaman konteks, dan sikap berbahasa.
Hasil dari kegiatan Trisaka mulai terlihat secara bertahap. Siswa menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengenali kosakata dasar dan memahami situasi kapan bahasa tertentu digunakan.
"Banyak siswa lebih percaya diri saat berbicara di depan kelas karena proses belajar dilakukan melalui kebiasaan, bukan paksaan. Bahasa Jawa mulai hidup kembali sebagai bagian dari komunikasi harian, sementara Bahasa Inggris menjadi lebih familiar dan tidak lagi dianggap sulit," pungkasnya.
