![]() |
Logo Google dan kata-kata AI Artificial Intelligence terlihat dalam ilustrasi REUTERS/Dado Ruvic. |
Kebijakan tersebut akan berlaku untuk konten gambar, video, dan audio, di seluruh platformnya, kata perusahaan itu dalam sebuah posting blog, Kamis (7/9/2023).
Meningkatnya penerapan kecerdasan buatan (AI) generatif telah memunculkan peluang penggunaan alat AI untuk membuat konten seperti skrip film hingga video, gambar, dan suara untuk iklan.
Deepfake yang diciptakan oleh algoritme AI mengancam mengaburkan batas antara fakta dan fiksi, sehingga menyulitkan pemilih untuk membedakan mana yang asli dan mana yang palsu.
Perusahaan keamanan siber milik Google, Mandiant, mengatakan pada bulan lalu bahwa pihaknya telah melihat peningkatan penggunaan AI untuk melakukan kampanye informasi manipulatif secara online dalam beberapa tahun terakhir, meskipun penggunaan teknologi tersebut dalam intrusi digital lainnya sejauh ini masih terbatas.
AI generatif akan memungkinkan kelompok dengan sumber daya terbatas untuk menghasilkan konten berkualitas lebih tinggi dalam skala besar, menurut Mandiant.
Google mendapat kecaman karena misinformasi pada platformnya, dan telah meluncurkan pembaruan pada langkah-langkah transparansinya seiring Amerika Serikat akan memilih presiden berikutnya pada bulan November tahun depan.
Konten sintetis apa pun yang tidak relevan dengan klaim yang dibuat dalam iklan akan dikecualikan dari persyaratan pengungkapan, kata raksasa periklanan dan mesin pencari tersebut.