![]() |
| Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar, Rabu (26/11/2025)/Liputanesia.co.id/Foto: Faisal Nur Rachman. |
Program yang dikelola Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Blitar ini menargetkan pengembangan cabai rawit yang ditanam di luar musim, terutama pada periode musim hujan ketika produksi cabai di banyak daerah menurun drastis.
Kepala Bidang Sarana Tanaman Pangan dan Hortikultura DKPP Kabupaten Blitar, Siswoyo Adi Prasetyo, menjelaskan bahwa cabai merupakan komoditas yang sangat sensitif dan memiliki kontribusi besar terhadap inflasi. Karena itu, Pemkab Blitar perlu memastikan adanya pasokan alternatif pada saat petani lain berhenti menanam.
“Penanaman cabai off season ini kita arahkan untuk musim hujan. Di Blitar Utara, biasanya tidak ada petani yang menanam cabai pada periode itu. Dengan penanaman di luar musim ini, kami berharap panen nanti bisa membantu menstabilkan harga,” ujarnya, Rabu (26/11/2025).
Melalui DBHCHT 2025, program ini difokuskan pada empat kecamatan: Doko, Talun, Nglegok, dan Srengat, dengan total lahan 16 hektare yang dikelola empat kelompok tani hortikultura berpengalaman. Setiap kelompok menggarap sekitar empat hektare lahan. Pemilihan wilayah dilakukan setelah identifikasi kesiapan lahan dan kemauan petani. Sebab, tidak semua petani bersedia menanam cabai pada musim hujan, mengingat risiko hama dan penyakit lebih tinggi serta banyak lahan sawah yang digunakan untuk tanam padi.
Siswoyo menegaskan bahwa program ini tidak menyasar petani tembakau, karena pengembangan cabai off season termasuk kategori peningkatan sarana produksi pangan.
“Program ini bukan program diversifikasi tembakau, sasarannya adalah petani hortikultura yang memang siap dan terbiasa mengelola cabai,” ujarnya.
DKPP menyiapkan dukungan lengkap mulai dari benih cabai tahan virus, pupuk kimia dan organik, hingga mulsa plastik. Proses pengadaan sarana produksi masih berlangsung dan ditargetkan selesai sebelum jadwal tanam pada Desember 2025. Panen diperkirakan terjadi pada Februari–Maret 2026, saat harga cabai umumnya melonjak. Pendampingan teknis intensif akan dilakukan dari awal persiapan hingga masa panen, mengingat budidaya musim hujan memiliki tingkat risiko lebih tinggi.
“Kami siapkan pendampingan supaya petani tidak bekerja sendiri. Risiko hama dan penyakit sangat agresif saat musim basah, jadi perhatian lebih harus diberikan,” katanya.
Pemkab Blitar menaruh harapan besar pada keberhasilan program ini. Jika hasil panen memadai dan harga cabai tetap terkendali, pengembangan off season akan diperluas sebagai model produksi hortikultura yang adaptif dalam menghadapi perubahan iklim dan pasar.
Intervensi melalui DBHCHT 2025 ini juga menunjukkan bahwa DBHCHT bukan sekadar dana pendukung sektor tembakau, melainkan instrumen strategis untuk memperkuat ekonomi pedesaan dan menjaga stabilitas harga pangan.
.jpg)