![]() |
Jemaah memadati areal tawaf di Masjidil Haram/dok. Kemenag. |
Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau jemaah calon haji mewaspadai suhu panas dan udara yang kering di Saudi.
“Seiring dengan kedatangan jemaah yang terus berlangsung, saat ini jemaah mulai banyak beraktivitas di Kota Makkah. Hingga pagi ini, sebanyak 100.440 jemaah haji Indonesia sudah berada di Makkah untuk melaksanakan rangkaian ibadah, termasuk umrah wajib dan ibadah-ibadah sunah lainnya,” kata Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik Kemenag Akhmad Fauzin.
Kemenag juga mengimbau jemaah untuk menjaga kondisi fisik di tengah musim panas Arab Saudi. Jemaah diminta membatasi aktivitas di luar ruangan.
“Suhu di Makkah saat ini berkisar antara 39 hingga 43 derajat Celsius pada siang hari, dan tetap hangat di malam hari. Cuaca panas ini bisa berdampak serius pada kesehatan, khususnya bagi lansia dan jemaah yang memiliki penyakit penyerta,” kata Fauzin.
Para jemaah diharapkan untuk selalu menggunakan topi, payung, menghindari aktivitas fisik berlebihan dan rutin minum air putih. Jemaah diminta menjaga kesehatan agar fit saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Dia menambahkan tim kesehatan dan petugas kloter siaga mendampingi dan melayani jemaah haji di Saudi. Jika mengalami gangguan kesehatan, jemaah diimbau untuk segera melapor ke petugas kloter atau tenaga medis.
Di sisi lain, salah satu aturan bagi jemaah haji atau umrah yang sudah ihram yaitu tidak boleh menggunakan wewangian seperti parfum.
Kakbah dan area Masjidil Haram secara rutin diberi wewangian berkualitas. Kondisi ini terkadang dimanfaatkan jemaah yang mendekatkan diri, mencium atau mengusap Kakbah agar wangi Kakbah melekat di pakaian yang sedang digunakan.
Mustasyar Diny atau Pembimbing Ibadah Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, KH Abdul Malik Tibe, memberi penjelasan untuk persoalan tersebut.
Abdul Malik menyebut tak ada masalah jika jemaah hanya menyentuh Kakbah, bukan untuk memindahkan wangi Kakbah ke pakaian.
“Tetap perlu hati-hati, jangan sampai menyentuh Kakbah karena ingin memindahkan bau wanginya Kakbah ke pakaian kita,” kata Abdul Malik menjawab pertanyaan salah satu jemaah haji saat kegiatan bimbingan ibadah di Sektor 3 Daker Makkah, Rabu (21/5/2024).
Dia mengingatkan jemaah bahwa memakai wewangian melanggar aturan ihram. Menyentuh Kakbah sendiri bukan salah satu rukun umrah atau haji. Umrah dan haji tetap sah tanpa menyentuh Kakbah.
“Sementara saat ihram dilarang memakai wangi-wangian,” kata Malik.
Mustasyar Diny lain yang memberi bimbingan ibadah, KH Waryono Abdul Ghofur, mengingatkan jemaah haji tak perlu memaksakan diri ke Masjidil Haram usai umrah wajib. Dia mengajak jemaah haji, khususnya lansia, untuk mempersiapkan diri menjelang wukuf di Arafah.
“Jamaah lansia dan punya riwayat sakit tidak memaksakan diri umrah sunah dan salat di Masjidil Haram. Salat di hotel sama pahalanya,” kata Waryono.
Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama RI ini meminta jemaah yang sudah umrah wajib memperbanyak ibadah dari hotel masing-masing. Dia mengatakan hal tersebut dapat membantu jemaah menjaga kondisi fisik.
“Ibadah haji itu di Arafah, sehingga mulai sekarang, seluruh jamaah fokus jaga kondisi fisik untuk proses di Arafah termasuk di Musdalifah dan Mina,” kata Waryono.
Dia mengatakan beribadah di seluruh area Tanah Haram juga mendapat pahala yang berlipat ganda. Selain beribadah, jemaah juga diharapkan menjaga sikap selama di Makkah.
“Ibadah tidak mesti di Masjidil Haram, bisa di hotel bahkan di masjid terdekat karena secara hukum berlaku seluruh tanah Haram Makkah itu berarti Masjidil Haram,” ujar Wayono.
Jemaah haji Indonesia akan mengambil mikat atau memulai ihram haji di hotel masing-masing di Makkah.
Hal itu karena jemaah sudah melewati masa tinggal 4 hari di Makkah sebelum pelaksanaan wukuf. Sehingga, statusnya sama dengan mikat para mukimin atau penduduk Makkah. []
(YHr)