![]() |
Situasi Diskusi Mas Ibin dan Mbak Elim bersama HIPMI Kota Blitar, Jumat (20/9/2024)/Liputanesia.co.id/Foto: Faisal NR. |
Mas Ibin datang ke lokasi acara bersama Bakal Calon Wakil Walikotanya, Elim Tyu Samba atau Mbak Elim. Selain pengurus dan anggota HIPMI Kota Blitar, turut hadir perwakilan organisasi cipayung dan kelompok-kelompok pemuda Kota Blitar.
Diskusi yang digelar HIPMI Kota Blitar ini bertujuan mengetahui apa saja gagasan yang ditawarkan pasangan Mas Ibin dan Mbak Elim bila terpilih mengemban amanah masyarakat Kota Blitar. Banyak isu yang dibahas mulai potensi pemuda Kota Blitar, bidang kesehatan, ekonomi, pariwisata, perdagangan, pendidikan hingga penciptaan lapangan pekerjaan (Lapker) baru.
Pantauan Liputanesia.co.id di lokasi kegiatan, dialog banyak membahas terkait pendidikan, penciptaan Lapker baru dan perekonomian.
Kepada awak media seusai acara diskusi, Mas Ibin menyampaikan, membuka perluasan lapangan pekerjaan bisa dimulai dengan pembangunan pusat-pusat ekonomi baru. Dibutuhkan Lapker baru yang luas, sebab sektor ini juga menjadi salah satu agenda pentingnya dalam membangun Kota Blitar.
"Tadi sudah kami jabarkan di bidang perdagangan. Kami membuka perdagangan antar daerah, kemudian di bidang industri dan kami juga menginginkan adanya pariwisata baru di Kota Blitar. Jadi kami juga membuka pusat kuliner baru atau area kuliner yang senantiasa menjadi pusat ekonomi baru," jelasnya.
Ihwal pelayanan kesehatan, Mas Ibin melihat harus dibangun yang utama adalah kecepatan dan ketepatan pelayanannya. Ia menyadari banyak keluhan pelayanan kesehatan yang belum maksimal. Alat kesehatan atau alkes juga menurutnya harus dikroscek dengan baik dan benar demi menunjang kesuksesan pelayanan.
"Kami menyadari banyak keluhan pelayanan kesehatan kita kurang maksimal. Di sini mungkin dari segi layanan kesehatan kurang bagus. Jadi perlu dibikin pelayanan online yang pertama. Peralatannya juga akan kami periksa. Mungkin alatnya kurang lengkap. Kalau kurang lengkap nanti akan kami lengkapi," ungkap Mas Ibin.
Setelah dirasa kecepatan dan ketepatan pelayanan kesehatan sudah terbangun dan alkesnya lengkap, lanjut dia, pihaknya memimirkan bagaimana yang menunggu pasien juga diberikan insentif. Menurutnya, mereka yang menunggu orang sakit itu idealnya meninggalkan pekerjaan.
"Jadi logikanya kalau orang yang menunggu orang sakit tentunya meninggalkan pekerjaan. Ketika meninggalkan pekerjaan untuk menunggui orang sakit, dia harus diberikan insentif. Karena kalau menunggu orang sakit dengan meninggalkan pekerjaan, mereka susah, yang sakit tambah susah tambah lama, yang menunggu juga bisa jadi sakit," urainya.
"Biar mereka sama-sama cepat sembuh, maka yang menunggu diberikan insentif agar mereka tidak memimirkan pekerjaan yang sudah ditinggalkan. Tapi di bidang rumah sakit yang utama adalah kita cek dulu kita evaluasi dulu. Mulai pelayanan, alat-alat kesehatannya, kemudian kita kembangkan cita-cita membangun rumah sakit kita jadi rumah sakit rujukan atau rumah sakit nomor satu setidak-tidaknya di area Blitar Raya," pungkasnya.
Penulis : Faisal NR